Bina Ukhuwah

Menjalin Kebersamaan Edisi 3 / 2011

Cover Majalah

Majalah "BINA UKHUWAH" terbit setiap bulan dalam upaya sosialisasi lembaga dan penokohan

Logo + Ketua Khoiru Ummah

Khoiru Ummah Pacitan adalah sebuah Yayasan yang bergerak dalam memberantas buta huruf Al Qur'an serta memfasilitasi upaya kaum muslimin dalam mentadaburi Al Qur'an

Logo + Ketua Ar Rahmah

Ar Rahmah Pacitan adalah sebuah Yayasan yang bergerak dalam dunia pendidikan. Sampai sekarang sudah mempunyai TK Islam Terpadu Ar Rahmah, SD Islam Terpadu Ar Rahmah dan SMP Islam Terpadu Ar Rahmah

Logo + Direktur DSUI

Griya Zakat LAZDA DSUI Pacitan adalah sebuah Lembaga Amil Zakat yang bergerak dalam bidang sosial. Siap memungut, mengelola dan mendistribusikan kepada yang berhak menerima.

Logo + Ketua BMT Tawakkal

BMT Tawakkal Pacitan adalah sebuah Koperasi Serba Usaha (KSU)Syari'ah yang bergerak dalam bidang ekonomi Syari'ah. Melayani Simpanan dan Pembiayaan Syari'ah serta Penerimaan, Pengelolaan dan Penyaluran ZISWAF.

Jumat, 22 Juli 2011

UJIAN ITU PASTI ADA





Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
(QS. Al Ankabut 2)

Sudah menjadi sunnatullah, dalam hidup ini selalu ada dua sisi yang berpasangan, senang – susah; baik – buruk; cepat - lambat dan bermacam idiom yang lain. Masalah juga senantiasa datang silih berganti, menguji kita sebagai hamba. Dan dalam ujian tentunya ada yang lulus dan ada yang gagal.
Dalam torehan tinta sejarah, tidak ada orang besar yang muncul tiba-tiba, semua berproses. Thomas Alfa Edison sebelum berhasil dengan penemuan lampu pijarnya, telah diuji dengan hampir 1000 kali gagal, namun dia tidak patah semangat, tanpa proses try and error yang dia lakukan, mungkin sampai saat ini dunia masih gelap gulita saat malam hari.
Dalam sejarah dakwah Islam, kisah sukses para dai yang ditugaskan ke daerah-daerah asing, untuk mengenalkan Islam, pada awalnya juga tidak sedikit yang mengalami ujian hidup. Sebut saja Mus’ab bin Umair. Mus’ab adalah dai sejati, sahabat Rasulullah yang mulia ini awalnya adalah “anak mama”. Hidupnya selalu dalam kecukupan harta. Namun ketika hidayah Islam datang ke hatinya, maka Islam menjadi pilihannya. Sampai suatu hari Mus’ab melihat sang ibunda nampak pucat dan lesu, ternyata sang ibu telah bersumpah di hadapan berhala, bahwa tidak akan makan dan minum sampai Mus’ab meninggalkan Islam.
Dengan lembut tapi tegas Mus’ab berkata pada sang ibu, “Duhai Ibunda, andaikan ibunda mempunyai 100 nyawa, dan nyawa itu keluar satu demi satu, maka aku tetap tidak akan pernah meninggalkan Islam”. Pupus sudah usaha sang ibu, akhirnya Mus’ab diusir dari keluarga besarnya, segala fasilitas dihentikan, hilanglah sudah kemewahan dunia yang selama ini dinikmatinya, Mus’ab berkumpul dengan para sahabat yang kurang mampu, dan untuk memenuhi kebutuhannya, dia tidak malu untuk berjualan kayu bakar.
Sejenak mari kita tengok ujian yang dihadapi saudara kita di Palestina saat ini. Migrasi penduduk yahudi pada kurun tahun 1919 - 1929 sebanyak 100.000 orang, pada tahun 1958 mencapai 2 juta jiwa, dengan menempati wilayah 33% negara Palestina.  Konflik Israel – Palestina melebar menjadi konflik dengan negara Arab, sampai pada tahun 1982 terjadi insiden yang memilukan, pembantaian Sabra dan Shatila yang terjadi di wilayah Libanon dan Palestina yang menewaskan sekitar 100.000 orang. Sampai saat inipun jihad di bumi Palestina masih terus berlangsung, sebuah ujian yang sangat berat untuk mempertahankan tanah tumpah darah dari penjajah Yahudi laknatullah ‘alaih.
Belum hilang dari ingatan kita bersama, tragedi tsunami di bumi rencong, Banda Aceh, 26 Desember 2004 dengan korban hampir mencapai 105.000 jiwa. Aceh luluh lantak diterjang badai tsunami, korban jiwa dan harta tidak terhitung jumlahnya, banyak anak menjadi yatim, istri menjadi janda, suami menjadi duda. Sungguh pelajaran besar dari Allah bagi orang yang berakal.
Tidak lama berselang, Sabtu wage, 27 Mei 2006, jam 05.53 WIB selama 57 detik, Yogyakarta digoyang gempa bumi hebat berkekuatan 5,9 SR. Getaran terasa cukup kuat sampai Pacitan. Kerusakan sungguh dahsyat, rumah, sekolah dan bangunan lain di Bantul, kota Jogja, Sleman dan sebagian Klaten rata dengan tanah. Lebih dari 6.000 jiwa meninggal dunia dan 50.000 orang cidera, 86.000 rumah hancur, 283.000 rumah rusak (berat, sedang dan ringan)
Dua hari berselang, Senin Legi, 29 Mei 2006, semburan lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Kecamatan Porong Sidoarjo mulai menyembur dan perlahan tapi pasti menggenangi 16 desa di tiga kecamatan, dan sampai sekarang, semburan lumpur ini juga belum bisa dihentikan.
Masih banyak rentetan peristiwa yang menyajikan catatan kejadian, yang esensinya adalah menguji seberapa sabar dan kuat manusia menerimanya. Selain dalam bentuk musibah, ujian sebenarnya bisa juga dalam bentuk keberlimpahan nikmat. Banyak manusia yang bersabar diuji dengan kesempitan dan kekurangan, tapi pada saat diuji dengan nikmat harta, jabatan, kedudukan, istri, anak, fasilitas dan segala macam kesenangan, mereka menjadi lupa diri, lalai dari pengabdian kepada Sang Pemberi Nikmat. Firman Allah SWT :
”Dan tidaklah mereka (orang - orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (QS.9 :126)
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (8 : 28)
 Ujian adalah proses menuju tingkatan makna hidup yang lebih tinggi. Ujian adalah tempaan yang menjadikan kita tangguh, tidak mudah mengeluh dan pastinya melatih SABAR. Mungkin saat orang lain terkena musibah, kita dengan mudah menghiburnya dengan mengatakan : sabar….sabar…ya tetapi sesungguhnya sabar itu tidak semudah pengucapannya. Dengan ujian inilah menjadi media untuk semakin bersabar, dan sabar tidak ada batasnya. Kita tidak boleh membatasi sifat sabar ini.
Sesungguhnya orang-orang yang sering mendapat ujian, dan dia bersabar, maka dia mendapatkan kualitas yang lebih dibanding orang yang jarang diuji. Sungguh mulia kedudukan orang mukmin, semua situasi baginya adalah kebaikan. Ketika diberi nikmat dia bersyukur, dan ketika ujian datang, dia bersabar. Dan kita harus yakin, bahwa Allah SWT tidak akan memberikan beban melebihi batas kemampuan kita untuk menyangganya.
Kita juga tidak akan bisa lari menghindar dari ujian, karena saat kita berlari menjauh dari satu ujian, tentu pada saat yang lain kita juga akan berhadapan dengan ujian lainnya. Lari dari ujian, sama dengan membuang kesempatan untuk mendapatkan poin menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
Kisah terbentuknya mutiara dari seekor kerang yang lembek, bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi kita. Pada saat pasir tajam menembus tubuhnya yang lembek, sang kerang sangat kesakitan, namun dia bersabar. Dibalutnya pasir itu dengan getah yang ada ditubuhnya, sedikit demi sedikit, hingga bertahun-tahun sambil menahan rasa sakit. Tanpa dia sadari, kumpulan pasir yang berbalut getah tubuhnya itu kini semakin besar dan halus, ya dalam dagingnya terbentuklah mutiara.
Makin lama makin halus dan makin besar, rasa sakit semakin berkurang atau telah menjadi hal yang tidak dirasakan lagi, dan sampai akhirnya mutiara itu sempurna, utuh, mengkilap dan mahal harganya. Dia menjadi kerang yang lebih bernilai dibanding kerang lain yang mungkin hanya direbus dan dimakan. Sebuah kisah yang mencerahkan kita.
Kita memohon kepada Allah SWT, semoga saat ujian itu datang kita bisa bersabar menerimanya, sehingga kita layak dikatakan sebagai orang yang beriman.

Aquulu qouli hadza fastaghfirulloha lii wa lakum

*) Ketua Yayasan Khoiru Ummah

“DAHSYATNYA KECERDASAN EMOSI”


Ketika Tim Pendiri Sekolah Islam Terpadu Ar Rahmah Pacitan sedang berdiskusi merancang model pendidikan alternative sebagai kelanjutan Sekolah Dasar, maka Penulis memberikan masukan agar model sekolah nanti jangan hanya menekankan Kecerdasan Intelektual semata. Selain itu diharapkan mampu membekali anak didik kita kelak menjadi generasi yang kuat menghadapi tantangan dan cobaan hidup  di zaman yang berbeda dengan zaman sekarang.
Berdirinya Sekolah tahun ini berarti telah merancang masa depan siswa minimal 10 tahun yang akan datang. Mereka hidup di zaman yang berbeda dengan sekarang, maka sekolah sudah selayaknya membekali mereka dengan kemampuan yang integral.
Keberhasilan  hidup  manusia ternyata  tidak  hanya ditentukan   oleh  kecakapan  intelektualitasnya  saja tetapi lebih dikuatkan oleh kecerdasan emosinya.  Penulis  menemukan  bahwa  keberhasilan  hidup  hanya  20% ditunjang  oleh  IQ, selebihnya adalah  unsur  pendukung lain. Unsur  pendukung yang terbesar  adalah  EQ  atau kecerdasan  emosi. Peran IQ dalam  mengantarkan  sukses seseorang hanya menempati urutan kedua sesudah kecerdasan emosi.
Emosi di sini lebih dipandang sebagai sumber energi dan  semangat manusia yang paling kuat yang dapat  memberikan sumber kebijakan intuitif. Emosi memberi informasi penting dan berpotensi menguntungkan. Bagi seorang pribadi, kecerdasan emosi mampu menyalakan kreativitas, membuat  jujur dengan diri sendiri, memberikan  panduan nurani  bagi hidup dan karir, menuntun  ke arah  kemungkinan yang  tidak  terduga. Kecerdasan  emosi  juga  menuntut seseorang  untuk belajar mengakui dan menghargai  orang lain.  Kecerdasan emosi bekerja secara sinergis  dengan keterampilan  kognitif. Orang yang  berprestasi  tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks  pekerjaan seseorang, makin penting  kecerdasan emosi. Kekurangan kecerdasan  emosi dapat  menyebabkan  orang terganggu  dalam  menggunakan keahlian teknis atau keenceran otak yang mungkin dimilikinya.
Dalam buku Emotional Intelligence” terdapat  lima  unsur  kecerdasan  emosi.  Pertama, kesadaran diri. Kesadaran diri mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu proses pengambilan keputusan, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan  diri.  Kedua, pengaturan  diri. Pengaturan diri  berfungsi  menangani emosi  sehingga berdampak positif pada  pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati  dan sanggup menunda kenikmatan sebelum  tercapainya sasaran, dan mampu segera  memulihkan diri dari tekanan emosi.
Ketiga, motivasi. Motivasi berfungsi menggunakan  hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran,  membantu  mengambil inisiatif  dan  bertindak sangat efektif, serta berguna untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Keempat, empati.  Empati  berfungsi  merasakan yang dirasakan orang lain,  memahami perspektif orang lain,  menumbuhkan hubungan saling percaya, dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
Kelima, keterampilan sosial. Keterampilan sosial berfungsi menangani emosi dengan baik ketika berhubungan  dengan orang lain, membaca situasi dan  jaringan sosial dengan cermat, melancarkan interaksi, dan menggunakannya untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, bernegosiasi, serta bekerja sama.
Kecerdasan emosi, dengan melihat pandangan di atas, jelas tidak dapat dipungkiri lagi keluarbiasaannya. Dan tentunya hal tersebut akan memunculkan  sinergi baru apabila diterapkan dalam budaya pembelajaran. Pengajar yang  memiliki pengetahuan dan keterampilan  dalam hal ini, memiliki kecenderungan dapat menumbuhkan iklim yang kondusif dalam pembelajaran di sekolah.

Pembicaraan hal tersebut tidak dapat dilepaskan dengan  adanya konsep baru dalam pembelajaran,  yaitu  apa  yang  dinamakan dengan quantum learning atau pembelajaran quantum.
Sekolah Islam Terpadu memang dirancang memadukan multi kecerdasan yang diramu dalam pembelajaran yang menarik. Mengkondisikan pemahaman pengelola dan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis multi kecerdasan tentu sangat penting.
Pembaharuan konsep pembelajaran ultra modern tersebut didasarkan atas kondisi masa datang yang  membutuhkan kompetensi tersendiri. Kompetensi yang harus ada pada setiap  orang paling tidak terdiri atas akhlak yang baik, yang diwujudkan dalam kejujuran,  disiplin, dan amanah; kemampuan analisis yang terdiri atas menggali informasi, mengolah informasi, dan mengambil keputusan; serta keterampilan sosial, yang terdiri  atas  percaya diri, kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama.
Berbagai kompetensi tersebut dapat terwujud apabila model pembelajaran yang terjadi memperhatikan beberapa hal berikut.
Pertama adanya kesadaran para guru untuk menjadi teladan agar siswa mempunyai pemahaman utuh dan nyata dalam tataran praktik. Kedua Peran orang tua, yaitu pemahaman bahwa kecerdasan emosi akan berperan penting bagi masa depan putra-putrinya. Ketiga melatih kecerdasan emosi baik di sekolah, di rumah maupun bermasyarakat.
Maka di Sekolah, sudah selayaknya kita mulai meningkatkan layanan yang memicu kecerdasan emosi anak kita meningkat. Seperti yang telah di praktikkan di SDIT Ar Rahmah yaitu :
1.   Pemahaman diri sendiri yaitu mengenali kekurangan dan kelemahan diri untuk dirubah menjadi kekuatan diri. Dengan kegiatan mentoring, MABIT (malam bina iman dan Taqwa), dll.
2.   Melatih siswa menyelaraskan diri dengan berbagai karakter manusia. Kegiatannya yaitu menanamkan empati, menerima kekurangan orang lain, menghargai kelebihan dan keunikan teman.
3.   Melatih ketahanan diri jika menghadapi persoalan, anak tidak frustasi dan mudah menyerah. Maka muulai semester ini SDIT Ar Rahmah mengangkat tenaga khusus Sarjana Bimbingan dan Konseling yang berperan mengarahkan siswa siap menghadapi cobaan hidup.
4.   Buku Penghubung, walaupun perlu dioptimalkan dan terus dipahamkan kepada orang tua supaya rajin mencatat dan menyampaikan perkembangan putra putrinya yang menyangkut perkembangan emosi. Dan seharusnya guru melayani dengan baik, curhat orang tua mencatat dalam buku catatan perkembangan, siswa dipantau untuk diadakan pembimbingan.

*) Ketua Yayasan Ar Rahmah

MENGGENDONG PEDHET

Seorang pesilat berbakat; baik, teknik, pukulan, tendangan, jurus tangkis, dan menghindar nyaris sempurna ia kuasai. Tetapi sayang, tidak satu pun kejuaraan ia peroleh, dikarenakan staminanya kedodoran.
Menyadari akan kelemahannya itu, ia berguru kepada pendekar ternama di negerinya. Sang guru tidak mengajarkan kepadanya ilmu apapun kecuali mewajibkan pesilat itu menggembala anak sapi (pedhet) selama satu tahun. Ia harus menggendong pedhet dari kandang hingga padang rumput yang letaknya lumayan jauh, P-P.
Apa yang terjadi, tanpa ia sadari dan rasakan stamina pesilat itu semakin prima dan kuat dari hari ke hari. Hal ini disebabkan ia sekarang tidak lagi menggendong pedhet melainkan sapi.
###
Masih seputar olahraga, pecinta bola basket pasti mengenal Michael Jordan, pemain terbaik dan produktif di NBA bahkan pernah masuk daftar sepuluh olaragawan terkaya di dunia. Suatu ketika ia diwawancarai oleh wartawan dari harian ternama di New York tentang perjalanannya. Terungkap dari ceritanya itu, ternyata dimasa kecil sampai remajanya kelabu, berasal dari keluarga miskin, menjadi anak jalanan serta pengedar narkotika.
Menyadari keterpurukannya karena salah jalan itulah, ia mulai membuka lembaran hidup baru. Salah satu kunci sukses yang ia miliki adalah tidak putus asa. ”I can accept failure, everyone fails at something, but I can’t accept no trying”, Kira-kira maksudnya, “saya dapat menerima kegagalan karena setiap orang pasti pernah mengalaminya. Tetapi saya tidak pernah menerima mereka yang tidak mau mencoba untuk bangkit”.
###
Sebut saja Bu Een, yang dulunya seorang mahasiswi Perguruan Tinggi Negeri ternama di Bandung, selain ia cerdas, ramah, juga geulis (cantik). Lulus kuliah langsung diterima menjadi PNS. Sebelum prajabatan, takdir ALLAH S.W.T menghendaki lain, beliau terpaksa berbaring di tempat tidur karena menderita rematik berat, se-centi-pun badannya tidak bisa digerakkan, punggungnya mengoreng serta berbau tak sedap. Sampai-sampai tubuhnya harus dibalut dengan ban-dalam vespa yang dilapisi kain halus.
Disaat derita-cobaan itu memuncak, muncullah kesadaran bahwa “Saya tidak boleh larut dalam kesedihan dan ketidakberdayaan terus-menerus, saya harus bangkit dan memberi manfaat kepada sesama, tidak hanya menyusahkan orang lain saja. Khoirunnasi man anfa’uhum linnasi, sebaik-baik manusia adalah yang punya manfaat lebih bagi orang lain’’.
 Beliau mendobrak semua belenggu kesedihan, keterbatasan, ketidak berdayaan, dengan memberikan kemanfaatan kepada anak-anak sekitar lingkungannya. Beliau membuka les gratis mulai dari baca-tulis hingga membaca al-Qur’an, gratis, walau ’hanya’ dengan berbaring serta alat peraganya mulut dan isyarat mata.
Subhanallah, sekarang keceriaan dan suka cita selalu hadir dari setiap kata yang keluar dari bibir dalam menyapa anak-anak didiknya. “Tiada kata capek jika segala aktivitas dilakukan dengan tulus ikhlas.” Tutur beliau kepada Mas Pepeng di TvOne.
###
Tiga fragmen kehidupan anak manusia diatas ada butir mutiara hikmah yang dapat kita ambil yaitu : bahwa cobaan hidup adalah tangga kehidupan yang mesti ditapaki untuk meraih kebahagiaan. Bagaimana pendapat Anda?
*) Direktur Griya Zakat DSUI

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More