Bina Ukhuwah

Menjalin Kebersamaan Edisi 3 / 2011

Cover Majalah

Majalah "BINA UKHUWAH" terbit setiap bulan dalam upaya sosialisasi lembaga dan penokohan

Logo + Ketua Khoiru Ummah

Khoiru Ummah Pacitan adalah sebuah Yayasan yang bergerak dalam memberantas buta huruf Al Qur'an serta memfasilitasi upaya kaum muslimin dalam mentadaburi Al Qur'an

Logo + Ketua Ar Rahmah

Ar Rahmah Pacitan adalah sebuah Yayasan yang bergerak dalam dunia pendidikan. Sampai sekarang sudah mempunyai TK Islam Terpadu Ar Rahmah, SD Islam Terpadu Ar Rahmah dan SMP Islam Terpadu Ar Rahmah

Logo + Direktur DSUI

Griya Zakat LAZDA DSUI Pacitan adalah sebuah Lembaga Amil Zakat yang bergerak dalam bidang sosial. Siap memungut, mengelola dan mendistribusikan kepada yang berhak menerima.

Logo + Ketua BMT Tawakkal

BMT Tawakkal Pacitan adalah sebuah Koperasi Serba Usaha (KSU)Syari'ah yang bergerak dalam bidang ekonomi Syari'ah. Melayani Simpanan dan Pembiayaan Syari'ah serta Penerimaan, Pengelolaan dan Penyaluran ZISWAF.

Sabtu, 16 April 2011

Keluarga Kunci Kesuksesan


disarikan oleh Team KAMAR*)

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Negara yang baik dan sukses berawal dari masyarakat yang baik dan sukses pula. Manakala suatu masyarakat dikatakan baik dan sukses, pasti didalamnya berhimpun keluarga-keluarga yang baik dan sukses pula. Terlihat kecil, memang, sebuah keluarga. Tetapi begitu dahsyat dan penting perannya dalam mempengaruhi komunitas yang lebih besar, tidak terkecuali sebuah negara bahkan umat manusia.

Berbagai kejadian kita dengar bahkan lihat dengan mata kepala sendiri dalam masyarakat. Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di tempat kerja tapi akhirnya pudar oleh perilaku istri dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah dicaci. Sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, jangan sampai kita tertipu!
Ada banyak sebab kegagalan seseorang diantaranya :
  • Karena dia tidak pernah punya waktu yang memadai untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk dengan pekerjaan, urusan yang diluar dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.
  • Sebagian orang hanya mengurus keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan keluarganya.
Oleh karena itulah, jikalau kita ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius membangun keluarga sebagai basis (pondasi). Kita harus jadikan keluarga kita menjadi basis ketentraman jiwa. Seorang Bapak bekerja dengan lelahnya harus rindu rumahnya, yang menjadi oase ketenangan. Anak pulang sekolah harus merindukan suasana aman di rumah. Istri demikian juga. Jadikan rumah kita menjadi oase ketenangan, ketentraman, kenyamanan sehingga bapak, ibu dan anak sama-sama senang dan betah tinggal dirumah.
Lalu apa yang harus kita lakukan, agar rumah kita menjadi sumber ketenangan. Maka ada beberapa hal yang perlu diupayakan:
  • Jadikan rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana di dalamnya penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah. Dengan kekuatan iman, ibadah dan amal sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi sumber ketenangan.
  • Seisi rumah baik Bapak, Ibu dan anak memiliki kesepakatan untuk mengelola perilakunya, sehingga bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi sebuah neraka.
  • Rumah kita harus menjadi "Rumah Ilmu". Bapak, Ibu dan anak setelah keluar rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat masukan yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam rumah diolah, keluar rumah jadi makin lengkap.
  • Rumah harus menjadi "Rumah pembersih diri", karena tidak ada orang yang paling aman dan dipercaya untuk mengoreksi diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita. Kalau kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebar tapi kalau dikoreksi oleh istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka akan menjadi pakaian satu sama lain. Oleh karena itu, barangsiapa yang ingin terus menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah yang saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan tercoreng karena keluarga yang mengoreksinya.
  • Rumah kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah, ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak sehingga kualitas anak atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi yang lebih baik. Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi-generasi yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang lebih baik. Inilah sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada rumah tangganya tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.
Semoga, rumah kita semua menjadi keluarga yang sukses. Bukan hanya sukses di dunia, tetapi juga sukses di akhirat kelak. Satu keluarga di dunia dan tetap satu keluarga nanti di akhirat. Amin.
*) KonsultAn Munakahat Ar Rahmah

Jumat, 08 April 2011

PROBLEMATIKA BELAJAR DAN MENGAJARKAN AL QURAN

 
Oleh : Erwin Hadi Kusuma*)


Sudah menjadi takdir Allah, Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab, namun tidak ada halangan dan alasan bagi umat Islam untuk tidak mengakuinya sebagai kitab suci, dan Allah SWT memberikan jaminan kemudahan untuk mempelajarinya, sebagaimana tercantum dalam QS. Az Zukhruf dan Al Qomar



Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).
(QS. Az Zukhruf : 3)

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al Qomar : 17)

Penjelasannya sebagai berikut :
a.         Huruf lam ( ل ) pada kata laqod ( لَقَدْ ) adalah untuk menunjukkan penegasan/penekanan (taukid). Bermakna sungguh.
b.        Kata setelah Qod ( قَدْ ) adalah yassarna ( يسرنا - telah Kami mudahkan; Allah Swt yang berkata) yang berbentuk fi'il madhi (past tense); juga bermakna penegasan. Bermakna sungguh.
c.         Kata yassarna - يسرنا berbentuk fi'il madhi, yang menunjukkan peristiwa yang telah terjadi.
d.        Pada surat Al Qamar, kalimat tersebut diulang sebanyak 4 kali (dengan susunan kalimat sama persis 100%) yaitu pada ayat 17,22,32,& 40, yang juga dapat bermakna penegasan.

Dari hal tersebut, jika diungkapkan dalam bentuk lain seakan-akan Allah Swt berkata :
"Wahai orang-orang beriman, Sungguh…sungguh….sungguh…sungguh…. telah Kami mudahkan Al Qurán untuk pelajaran (dipelajari)".
Apabila kita berbicara kepada seseorang dengan membuat penegasan seperti itu, tentu dalam rangka meyakinkan dan menunjukkan bahwa ucapan kita itu memang betul-betul seperti apa yang kita ucapkan.  Jaminan inilah yang semoga membuat kita menjadi optimis untuk semakin giat mempelajarinya, termasuk didalamnya mempelajari tata bahasa Arab.
Kondisi riil di masyarakat kita, masih kita temukan kendala dalam pembelajaran Al Quran ini. Ada kecenderungan saat ini bahwa sebagian banyak umat Islam, menempatkan pembelajaran Al Quran sebagai sesuatu yang tidak prioritas, sehingga terkesan asal anak-anak sudah diikutkan ngaji di lingkungan, TPQ atau masjid sekitar, sudah dianggap cukup. Padahal belajar Al Quran memerlukan kesungguhan, baik dalam hal waktu, metode dengan didukung sarana dan prasarana yang baik. Rasulullah SAW mengingatkan kita semua dengan sabdanya :

٨٧ – يَدْرُسُ اْلاِسْلاَمُ كَمَا يَدْرُسُ وَثْىُ الثَّوْبِ . حَتّٰٰى لاَيُدْرٰ مَاصِيَامُ وَلاَصَلاَةٌ وَلاَ نُسْكٌ وَلاَ صَدَقَةٌ ، وَلَيُسْرٰى عَلٰى كِتَبِ اللهِ عَزَّوَجَلَّ فِى لَيْلَةٍ فَلاَ يَبْقٰى فِى اْلاَرْضِ مِنْهُ اٰيَةٌ وَيَبْقٰى طَوَاءِفُ مِنَ النَّاسِ : اَشَّيْخُ الْكَبِيْرُ وَلْعَجُوْزُ ، يَقُالُوْنَ : اَدْرَكْنَا اٰبَاعَنَا عَلٰى هٰذِهِ الْكَلِمَةِ : ،، لاَاِلٰهَ اِلاَّاللهُ فَنَحْنُ نَقُوْلُهَا .

“(Kelak) Islam akan mengalami kelunturan seperti lunturnya batik baju, sehingga tidak diketahui lagi apa itu shalat, puasa, ibadah dan sedekah. Dan Al-Qur’an sungguh akan dibawa pergi, sehingga tak ada satupun yang tersisa di muka bumi ini. Golongan manusia yang tersisa adalah Kakek dan Nenek. Mereka berkata: “Kami mendapatkan kalimat seperti ini dari nenek moyang kami : Laa Ilaaha Illallah, oleh karena itu kami mengucapkannya.”
Peringatan Rasulullah ini sangat tegas dan jelas, kalau kita tidak menyiapkan diri untuk membina diri pribadi, keluarga dan masyarakat untuk senantiasa belajar dan mengajarkan Al Quran, maka pasti akan datang masa, saat Al Quran menjadi tinggal namanya.

Problematika Pengajaran Al Quran
Dalam upaya memasyarakatkan Al Quran, saat ini muncul berbagai macam metode yang cukup membantu mempermudah proses belajar membaca Al Quran. Namun masalah secara umum yang ditemui dalam pengajaran Al Quran saat ini adalah :
1.    Mutu Pendidikan
Standar kualitas hasil belajar santri tidak sama. Dalam satu lembaga yang diajar oleh ustad yang sama, kualitas hasil belajar santri berbeda secara ekstrim, semestinya memang tidak bisa seragam 100%, namun jenjang yang terlalu jauh menunjukkan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam proses pembelajaran, baik itu dari unsur santri, ustadz, sarana, ataupun metode yang dipakai.
2.    Kualifikasi Ustadz Pengajar
Masalah :
Banyak dijumpai di lingkungan masyarakat kita, bahwa ratio guru ngaji dengan jumlah santri tidak seimbang. Jumlah guru ngaji lebih sedikit dibandingkan santri yang siap diajar, itupun dengan kualitas guru yang tidak merata, bahkan ditemukan ustadz yang bermodalkan NEKAT karena tidak adanya guru ngaji yang siap ngajar. Tidak jarang juga kita jumpai, orang yang bagus bacaan Al Quran-nya, tapi TIDAK BISA / TIDAK MAU / TIDAK SEMPAT mengajar Al quran, sementara ada yang semangat mengajar, tapi kemampuannya sangat terbatas.
Solusi :
Dilakukan Standarisasi bagi Guru Ngaji dengan mengikuti paket-paket pelatihan atau kursus terkait dengan pembelajaran Al Quran, seperti : strategi mengajar, pengenalan lagu / irama, Teknik BCM, Tahsin tilawah, Ghorib musykilat, dan Problem solving
3.    Lama Waktu Belajar Tidak Pasti
Masalah :
Model pembelajaran Al Quran di lingkungan kita, belum memiliki standar waktu yang jelas dalam mencapai target yang diinginkan. Seandainya ada orang tua santri yang bertanya kepada guru ngaji atau kepala TPA/TPQ, berapa lama yang dibutuhkan anak sejak belajar dari NOL sampai dengan HATAM Al quran, maka jawaban yang diberikan adalah TIDAK PASTI tergantung kemampuan anak. Padahal bukan itu jawaban yang diinginkan, orang tua santri ingin jawaban pasti, sehingga bisa membuat rencana jadwal bagi anaknya, kapan saatnya hatam Al Quran, kapan harus ikut kursus pengayaan, kapan harus ikut les tambahan / kegiatan ekstra.
Tidak jarang kita temukan, seorang anak yang rajin tiap hari belajar ngaji ke masjid, mushola atau TPQ sampai terbilang hitungan tahun, tapi hasilnya juga tidak jelas, dan problem terbanyak saat ini adalah banyak santri DROP OUT, belum tuntas belajar baca Al Quran, belum lancar membaca, bahkan jauh dari hatam 30 juz, karena tuntutan sekolah untuk les tambahan atau ekstra, sehingga aktivitas belajar Al Quran dinomor-sekiankan.
Solusi :
Cara umum untuk mengukur ketercapaian target adalah dengan membuat MATRIK PEMBELAJARAN dalam satuan harian, mingguan maupun bulanan. Selain itu lembaga juga harus memiliki KURIKULUM yang ditaati oleh semua unsur. Misalnya ditetapkan target, untuk belajar membaca sejak NOL sampai dengan hatam Al Quran, diperlukan waktu 3 tahun. Target tersebut didetailkan dalam bentuk matrik bulanan, mingguan dan harian, sehingga diperoleh pola yang sama dalam proses pengajaran harian, sehingga santri bisa selesai secara bersama-sama dengan indikator kelancaran diatas 70%.
4.    Metode Pembelajaran yang dipakai kurang / tidak dikuasai
Masalah :
Berkembangnya berbagi metode membaca Al Quran saat ini, memang memperkaya variasi proses belajar, namun apabila penggunaan metode yang dipilih oleh guru ngaji maupun lembaga, tidak mentaati standar yang disyaratkan oleh pembuat metode, maka sejak proses pembelajaran sampai dengan produk santri yang dihasilkan pasti tidak standar.
Kita juga temukan dalam satu lembaga TPQ, semua guru menggunakan metode yang sama, tapi dalam pengajarannya tidak seragam, masing-masing guru mempunyai pola sendiri-sendiri, sehingga ketika ada guru yang berhalangan (tidak hadir) dan santrinya dilimpahkan kepada guru lainnya, akan dijumpai ketidaknyamanan belajar akibat tidak adanya standararisasi guru terhadap metode yang dipakai.
Di hampir sebagian besar lembaga, metode yang dipilih saat ini belum bisa mendisiplinkan santri, sehingga terkesan suasana belajar santri menjadi gaduh, tidak teratur dan bahkan seperti liar, karena saat guru menyimak satu orang santri, santri lainnya yang jumlahnya belasan, tidak mendapatkan porsi perhatian yang sepadan, sehingga mereka melakukan aktivitas “sekedarnya”, seperti menggambar, menulis, dan tidak jarang yang bermain-main bahkan meninggalkan ruang belajar.
Solusi :
Dalam mengadopsi sebuah metode pembelajaran, semestinya tidak setengah hati, usahakan belajar langsung dari sumbernya, ikuti paket pelatihannya, taati rambu-rambunya, dan ajarkan sesuai dengan panduan, jangan sampai membuat tafsir sendiri terhadap metode orang / lembaga lain yang dipakai. Agar kualitas guru ngaji terjaga dengan baik, usakahan untuk mengikuti munaqosyah terhadap metode yang dipakai, sampai dinyatakan lulus dan bersyahadah.
5.    Pendanaan
Masalah :
Cara pandang masyarakat terhadap pembelajaran Al Quran selama ini adalah identik dengan ibadah tanpa biaya alias gratisan. Ini menjadikan proses pembelajaran menjadi tidak punya target kualitas hasil dan waktu yang pasti. Padahal disisi lain, sebagai orang tua pada saat mendaftarkan anak ke sekolah TK atau SD dengan biaya bulanan ratusan ribu, hampir tidak ada yang komplain. Namun apabila TPA / TPQ mengenakan biaya bulanan 10.000 SAJA, maka hampir semua orang tua santri akan protes, ini menjadi bukti bahwa orang tua menempatkan pendidikan Al Quran jauh dibawah kebutuhan sekolah umum. Padahal belajar Al Quran merupakan sebuah investasi dunia akhirat yang tidak akan pernah rugi.
Kebutuhan biaya di TPA / TPQ sebenarnya berpulang juga untuk kepentingan santri itu sendiri, seperti biaya buku, peraga, bangku, kapur tulis atau boardmarker, papan tulis. Ironisnya insentif atau gaji bagi guru ngaji tidak pernah terfikirkan, karena alasan ibadah. Semestinya peran mulia guru ngaji harus mendapatkan insentif yang jauh lebih banyak agar semakin menjaga keikhlasannya dalam mengajar.
Selain keberpihakan orang tua dalam pembelajaran Al Quran yang masih setengah hati, peran aghniya’, tokoh masyarakat, lembaga formal maupun non formal yang mengambil peran sebagai DONATUR TETAP dalam pembelajaran Al Quran nyaris belum ada dan belum ada yang mencoba me-manage secara profesional. Demikian pula perhatian pemerintah sebagai penyelenggara negara, masih sebatas perhatian formalitas yang belum menyentuh sisi kesejahteraan para guru ngaji, andaikan ada bantuan insentif, itupun munculnya baru setahun sekali dengan jumlah nominal yang jauh dari pantas.
Solusi :
Sudah saatnya kegiatan belajar mengajar Ngaji Quran dikelola secara rapi dan profesional, dengan melibatkan orang tua serta para donatur dalam mendukung lancarnya pengelolaan pembelajaran. Seandainya kesadaran dari orang tua dan para donatur segera ditumbuhkan untuk secara rutin membantu keuangan TPA / TPQ, maka problem klasik pendanaan akan dapat teratasi. Sarana prasarana akan semakin lengkap, pengetahuan guru akan meningkat dengan seringnya ikut pelatihan, adanya sistem gaji atau insentif yang akan semakin menambah keikhlasan mengajar
Beberapa hal di atas menjadi permasalahan klasik yang sudah nyata hadir di depan mata, dan tentunya kita harus menjadi bagian untuk memberikan solusinya, karena kita meyakini dengan sepenuh hati sabda Rasulullah SAW berikut :
Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Quran dan mengajarkannya

Wallaohu a’lam

*) Ketua Yayasan Khoiru Ummah Pacitan

KONSEP PENDIDIKAN ALTERNATIF (Bagian 1)


           Oleh : SUKATNO ABDULLAH, MMPd *)

“Didiklah anakmu karena dia akan hidup di jaman yang tidak sama dengan jamanmu” (Ali Bin Abi Tholib)
Gagasan pendidikan holistik mendorong terbentuknya model-model pendidikan alternatif, salah satunya adalah model sekolah Full Day School, yang saat ini sedang dikembangkan oleh sebagian pelaku pendidikan di Indonesia. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru, namun dalam perkembanganya mengalami modifikasi dengan berbagai perubahan baju. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Pada saat ini banyak model pendidikan yang menekankan pada reductionism (belajar terkotak-kotak), linier thinking (bukan sistem) dan positivism (fisik yang utama), yang membuat siswa sulit untuk memahami hubungan  antara yang dipelajari disekolah dengan kehidupannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pendidikan yang mampu menyiapkan generasi yang bisa survival di segala zaman. Diantaranya dengan menerapkan Integrated Learning atau pembelajaran terpadu, yaitu suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran. Inti pembelajaran ini adalah agar siswa memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi lainnya, antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Dari integrated learning inilah muncul istilah integrated curriculum (kurikulum terpadu). Selain memberikan pengalaman untuk memandang sesuatu dalam perspektif keseluruhan, juga memberikan motivasi kepada siswa untuk bertanya dan mengetahui lebih lanjut mengenai materi yang dipelajarinya.
Melalui pendidikan terpadu, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran terpadu, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan terpadu, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor dan fasilitator. Kita bisa mengibaratkan peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan. Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting serta perbedaan individu dihargai.
SDIT Ar Rahmah dan SMPIT Ar Rahmah Pacitan adalah  satuan pendidikan Dasar memiliki konsep holistik yang te;ah didesain dengan model sekolah terpadu yang memberikan layanan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Sekolah ini diharapkan dapat mempunyai peran sangat strategis dalam membangun, membentuk, membina, dan mengarahkan anak didik menjadi manusia yang seutuhnya. Manusia yang memiliki karakter dan kepribadian yang positif, manusia yang mampu memahami diri sendiri dan orang lain, manusia yang trampil hidupnya, manusia yang mandiri dan bertanggung jawab, dan manusia yang mau dan mampu berperan serta dan bekerja sama dengan orang lain. Yang dimaksud program terpadu adalah program yang memadukan antara program pendidikan umum dan pendidikan agama, antara pengembangan potensi intelektual, emosional dan fisik. Terpadu dalam pengertian peran antara sekolah, orang tua dan masyarakat sebagai pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap dunia pendidikan.
Konsep Terpadu  program pendidikan umum dan agama dilakukan secara bersama dengan integrasi ke seluruh mata pelajaran. Jumlah program pendidikan umum dan program pendidikan agama diberikan secara seimbang. Selain itu pendidikan umum diperkaya dengan nilai-nilai agama dan pendidikan agama diperkaya dengan muatan-muatan yang ada dalam pendidikan umum. Nilai-nilai agama memberikan makna dan semangat terhadap program pendidikan umum. Potensi dasar manusia seperti : potensi intelektual, emosional dan fisik merupakan anugerah dari Allah yang perlu ditumbuhkan, dikembangkan, dibina dan diarahkan dengan baik, benar dan seimbang. Program pendidikan terpadu diharapkan menjadi salah satu sarana untuk menumbuhkan, mengembangkan, membina dan mengarahkan potensi-potensi dasar yang dimiliki anak didik.
Pendidikan merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua, sekolah, dan masyarakat. Sekolah sebagai sebuah institusi adalah pelaksana langsung proses pendidikan. Sedang orang tua dan masyarakat sebagai pihak pengguna dan penikmat hasil pendidikan perlu diberdayakan. Pemberdayaan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan dititik beratkan pada peran serta mereka dalam penyamaan perlakuan terhadap anak didik serta dalam jalannya proses pendidikan. Mereka bisa menjadi fasilitator, evaluator, donatur bahkan menjadi sumber belajar. Program pendidikan terpadu menjadi salah satu wahana untuk mengoptimalkan tugas dan tanggung jawab orang tua, sekolah dan masyarakat terhadap lingkungan pendidikan dirancang sebagai masyarakat belajar (learning society) sehingga dapat berinteraksi secara simbiosis mutualistik, saling mengingatkan (taushiah bil haq wa shabr), siap menjadi pelajar dan sekaligus menjadi pengajar.

Dahsyatnya Sedekah


Disarikan oleh Mukhlas Sofan Haji *)

Pembaca, ada sebuah pertanyaan yang menurut logika manusia sangat-sangat benar. Bagaimana mungkin seseorang yang bersedekah (mengeluarkan harta), ia akan mendapatkan rizki lebih banyak? Pertanyaan ini sangat wajar, kemudian dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah?
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata gunung pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita paham bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikat.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Kemudian apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas?
Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang wanita yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kursi-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua wanita itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafalkan dzikir.
Pembaca, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.
Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman kongkrit kedua wanita ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."
"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat sangat mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!
Pembaca, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.
*) Direktur Griya Zakat LAZDA DSUI Pacitan

Ekonomi Islam


Oleh : Moch. Faqih *)

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah swt agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah swt untuk dipertanggungjawabkan.

Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105:

Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu itu.
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw:
Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan.
(HR.Thabrani dan Baihaqi)

Tujuan Ekonomi Islam
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan : ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:
1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya.
2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar:
· keselamatan keyakinan agama ( al din)
· kesalamatan jiwa (al nafs)
· keselamatan akal (al aql)
· keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
· keselamatan harta benda (al mal)

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
6. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

*) Ketua KSU Syaria’ah BMT TAWAKKAL Pacitan

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More