Bina Ukhuwah

Menjalin Kebersamaan Edisi 3 / 2011

Cover Majalah

Majalah "BINA UKHUWAH" terbit setiap bulan dalam upaya sosialisasi lembaga dan penokohan

Logo + Ketua Khoiru Ummah

Khoiru Ummah Pacitan adalah sebuah Yayasan yang bergerak dalam memberantas buta huruf Al Qur'an serta memfasilitasi upaya kaum muslimin dalam mentadaburi Al Qur'an

Logo + Ketua Ar Rahmah

Ar Rahmah Pacitan adalah sebuah Yayasan yang bergerak dalam dunia pendidikan. Sampai sekarang sudah mempunyai TK Islam Terpadu Ar Rahmah, SD Islam Terpadu Ar Rahmah dan SMP Islam Terpadu Ar Rahmah

Logo + Direktur DSUI

Griya Zakat LAZDA DSUI Pacitan adalah sebuah Lembaga Amil Zakat yang bergerak dalam bidang sosial. Siap memungut, mengelola dan mendistribusikan kepada yang berhak menerima.

Logo + Ketua BMT Tawakkal

BMT Tawakkal Pacitan adalah sebuah Koperasi Serba Usaha (KSU)Syari'ah yang bergerak dalam bidang ekonomi Syari'ah. Melayani Simpanan dan Pembiayaan Syari'ah serta Penerimaan, Pengelolaan dan Penyaluran ZISWAF.

Jumat, 06 Mei 2011

INVESTASI GENERASI


Oleh : Erwin Hadi Kusuma*)


Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
(QS. An Nisa : 9)
Anak adalah permata hati, anak adalah penyejuk mata dan yang pasti anak adalah AMANAH yang dititipkan Allah SWT kepada kedua orang tua, yang menjadi wasilah proses kejadian sampai dengan persalinannya. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab, tentunya akan berusaha sekuat tenaga, bahkan mempertaruhkan apa saja untuk menjaga amanah tersebut. Dalam sebuah hadits, Rosululloh Muhammad SAW telah memberikan nasihat yang tegas, bahwa keyakinan seorang anak adalah produk dari orang tuanya. Semua bayi lahir dalam keadaan FITROH (MUSLIM), maka orang tuanya-lah yang akan menjadikannya YAHUDI, MAJUSI atau NASRANI
Proses pendidikan di dalam rumah sampai dengan proses pemilihan tempat pendidikan oleh orang tualah yang akan membentuk keyakinan sang anak. Kalau ada pernyataan bahwa ada anak yang nakal, tidak punya sopan santun, tidak berakhlaq, yang patut dipertanyakan adalah : ANAK SIAPA ITU? SIAPA KEDUA ORANG TUANYA? BAGAIMANA CARA MENDIDIKNYA? DIMANA DI SEKOLAHKAN? Dan serentetan pertanyaan yang akan dialamatkan kepada orang tua, yang memang harus bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Anak adalah investasi, bagaimana hal itu mungkin terjadi? Ya, anak adalah asset yang dapat memberikan keuntungan DUNIA AKHIRAT kalau orang tua atas ijin Allah SWT berhasil mendidik secara baik dan benar. Demikian pula sebaliknya, akan menjadi FITNAH dan MUSIBAH apabila orang tua lalai, teledor, dan tidak mempunyai perencanaan dalam merawat dan memelihara sang anak. Yang perlu dipahami, sebagai orang tua kita wajib berusaha untuk mendidik sebaik mungkin, menyekolahkan di tempat yang baik, menafkahi dengan cara yang halal dan toyyib, setelah semua proses kita lalui dengan ikhtiar maksimal, maka tawakkal harus menyertai upaya itu, artinya semua keputusan kembali kepada Allah SWT terhadap hasil usaha yang telah dilakukan orang tua.
Islam mengajarkan, dalam upaya membentuk generasi yang rabbani, generasi yang senantiasa berada dalam naungan ilahi, maka perencanaan harus dilakukan sejak sebelum proses pernikahan dilakukan. Maka kita kembali mengingat pesan Rasul mulia Muhammad SAW, bahwa wanita itu dinikahi karena empat (4) hal, kecantikan, nasab, harta dan agamanya, maka barangsiapa yang menikahi wanita atas dasar agamanya, maka Allah akan meridhoinya.
Bahasa rasul menempatkan wanita sebagai obyek dalam hadits ini, menjelaskan kepada kita, bahwa sesungguhnya pada wanitalah tempat benih itu disemai. Tentunya para muslimah juga berhak dan berkewajiban untuk memilih calon pasangannya, yang akan menaburkan benih pada dirinya, dengan calon yang memiliki akhlaq yang baik, pengetahuan dan pengamalan agama yang baik.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa wanita shalehah atau laki-laki shaleh itu lahir karena adanya proses mendalami sekaligus menjalankan agama secara benar. Dari sini juga tampak bahwa agama betul-betul dasar pokok dalam memilih calon pasangan. Karena termasuk masalah pokok inilah, dalam hadits disebutkan, apabila ada laki-laki yang jelas-jelas shaleh dan beragama kuat hendak menikahi putri seseorang, maka nikahkanlah kepadanya karena kalau tidak, akan menyebabkan fitnah bagi putri tersebut.
Fenomena memprihatinkan sekarang ini adalah, betapa banyak kita jumpai tindakan maksiyat berupa perzinaaan yang menimpa generasi muda muslim. Ini menjadi masalah besar bagi kita, karena apabila proses pembuahan anak manusia dilakukan dengan cara yang melanggar aturan syar’i maka bagaimana kualitas produk yang dihasilkannya nanti. Apakah masih layak kita berharap banyak kepada generasi yang lahir dengan proses cacat seperti itu. Meskipun sebenarnya bayi yang lahir tidak membawa dosa warisan orang tuanya.
Layaknya sebuah investasi, Allah menuntun kita dalam usaha menanamkan benih di rahim. Sejak awal hubungan biologis orang-orang beriman dituntunkan untuk berdo’a. Bismillahi Allahumma jannibnasy syaithon wajanibnasy syaithona maa razaqtana.
Bukhori meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah bersabda:
“Sekiranya salah seorang diantara kalian menggauli istrinya lalu ia mengucapkan ‘Dengan nama Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami’, maka sekiranya Dia mengaruniakan
seorang anak kepada keduanya, maka anaknya itu tidak akan dibahayakan oleh setan selama-lamanya “.
Sungguh sebuah amanah yang besar itu selayaknya pula dipersiapkan dengan tuntunan Allah. Tidak ada sebuah rencana bagi kita yang mengaku beriman ini tanpa melibatkan Allah dalam segala urusan dan hajat kita. Program investasi generasi ini juga benar-benar akan menguji ketawakalan kita sebagai hamba. Bahwa kesenangan, harapan dan cita-cita mendapatkan anak yang sholeh, banyak dan sehat tentulah tidak cukup dengan persiapan dhohir dengan program-program makanan sehat, tips agar cepat mendapat keturunan, namun lebih dari itu.
Keyakinan bahwa Allah yang menjadikan benih itu tumbuh dirahim ibu-ibu, Allah yang melahirkannya, termasuk Allah yang memilihkan jenis kelamin anak-anak kita, atau bahkan menjadikan kita tak berputra, harus terus kita pelihara. Semua itu agar tidak ada harapan yang pupus ataupun percaya diri berlebihan yang melahirkan sikap berbangga. Termasuk berbangga dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sungguh benar Allah berfirman dalam Q.S. Asy-Syura (42) : 49-50
“Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, (QS.42 : 49)“ atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.(QS.42:50)
Sebagai catatan akhir mari kita kembali mengingat sabda Rasululloh SAW : apabila meninggal anak adam, maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan kepada orang tuanya.  Ada perbedaan pendapat dalam memaknai anak sholih dalam riwayat ini, apakah harus anak kandung ataukah tidak mesti anak kandung yang dalam pengasuhan orang yang meninggal tersebut. Tidak perlu kita menghabiskan waktu dan energi untuk berdebat mengenai hal itu, tetapi yang pasti tanpa ada investasi generasi robbani, maka betapa susahnya orang tua yang meninggal, karena tidak ada untaian doa yang dipanjatkan sang buah hati bagi dirinya yang ada di alam barzakh.
Bisa jadi bukan si anak tidak mau mendoakan, tapi mungkin si anak tidak tahu, tidak bisa dan tidak paham karena dalam menjalani hidupnya dia tidak dididik untuk menjadi generasi sholih sholihah.
Kita berlindung kepada Allah SWT dari kekhilafan, kelemahan dan kekurangan dalam mendidik anak-anak kita, semoga hidayah Allah SWT senantiasa bersama kita, amiin
Wallohu a’lam bi showab
*) Ketua Yayasan Khoiru Ummah

BELAJAR DARI BRIPTU NORMAN


Oleh : Sukatno Abdullah*)

Briptu Norman mendadak menjadi buah bibir masyarakat indonesia dengan munculnya video youtube berjudul video polisi gorontalo menggila. Banyak orang mendukung briptu Norman terkait video polisi gorontalo menggila, karena niatnya murni hanya menghibur. Briptu Norman Kamaru seorang polisi yang menyanyikan lagu Chaiya-chaiya secara lip sync langsung menjadi terkenal, dengan banyak tweeps yang mendukung dirinya agar tidak dihukum oleh atasannya. Dalam waktu singkat namanya menjadi sangat terkenal di dunia maya bahkan di dunia nyata.
Penulis tidak bermaksud ikut latah membahas berita ini, namun hanya terinpirasi membuat sebuah perenungan. Begitu dahsyatnya era informasi sehingga seseorang sangat mudah dikenal dalam waktu yang relative singkat. Informasi membawa manusia melewati batas-batas  ruang dan waktu. Dunia begitu dekat, apa yang terjadi di belahan bumi manapun, kita dapat menge-tahuinya. Kita sering kaget, kejadian di Pacitan justru lebih dahulu diketahui dari Jakarta dan tempat lainnya. Berita sering kita dapatkan lebih cepat lewat televisi padahal bisa jadi kejadian itu dekat rumah kita. Demikian perkembangan informasi telah mendekatkan segalanya ke kita.
Alfin Tofler seorang Futurolog di era awal 80-an menulis sebuah buku “Kejutan Gelombang“ yang membagi peradaban dunia menjadi tiga tingkatan yaitu peradaban pertanian, peradaban industri dan peradaban informasi. Apa yang ditulisnya, saat ini menjadi kenyataan . Dunia tanpa sekat dan batas, kapan saja kita dapat mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia. Peradaban informasi bukan hanya berpengaruh positif yang dapat mendinamisasi dunia atau sekedar menghibur, namun juga banyak dampak negatifnya yang perlu diperhatikan oleh para orang tua.
Collin Cherry mengungkapkan perkembangan teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini dengan istilah explosion. Hal ini disebabkan, Pertama, secara potensial teknologi komunikasi menjangkau seluruh permukaan bumi hanya dalam tempo sekejap. Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas informasi telah berlipat ganda secara geometrik. Untuk dua dekade belakangan ini saja, jumlah kontak komunikasi global yang ada diperkirakan sama banyak dengan komunikasi serupa selama beberapa abad lalu. Ketiga, kompleksitas teknologinya sendiri semakin canggih (sophisticated), baik piranti lunak maupun piranti kerasnya.
Inspirasi dari Briptu Norman adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan perkembangan informasi dan tekhnologi sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat. Kita bisa memanfaatkan informasi menjadi sebuah sarana positif untuk mengembangkan potensi diri. Ternyata dengan potensi yang kita miliki dan momentum yang tepat, berkat informasi menjadi sebuah konsumsi publik yang baik.
Sehingga banyak orang memanfaatkan informasi sebagai sesuatu yang menguntungkan, misalnya untuk bisnis, menginformasikan program bahkan dalam politik hampir pasti yang menguasai informasi adalah sebagai pemenang.
Berikut penulis uraikan beberapa hal penting menyikapi dahsyatnya perkembangan informasi. Sebagai orang tua atau guru bagi generasi di era global,  yang akan hidup di sebuah jaman yang berbeda dengan jaman kita. Kalau kita hanya membekali mereka untuk bisa hidup di jaman sekarang tentu anak-anak kita tidak akan siap menghadapi kehidupannya kelak. Maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Penanaman Keimanan. Sedini mungkin anak-anak kita bekali dengan sebuah landasan ideologi yang kuat berupa keimanan yang mendalam. Internalisasi nilai keimanan pada diri anak kita harus tertanam mendalam di sanubari mereka sehingga dapat menjadi kekuatan yang hebat walaupun badai tantangan global menerpa mereka. Banyak pelajaran dari Al quran yang memberi keteladanan sebagaimana kisah Lukman yang mendidik dan menanamkan aqidah yang kuat kepada anaknya.
2. Pembentukan Karakter Asasi. John Naisbit dan Istrinya Patricia Abdurdene pada awal tahun 90-an menulis buku “ Megatrend 2000” yang intinya hampir sama bahwa akan datang sebuah era yang disebut dengan peradaban informasi. Dia mengatakan secara bersamaan akan bangkit agama-agama. Hal ini karena orang memiliki kesadaran bahwa agama yang sanggup membentengi pengaruh-pengaruh negatif dari berkembangnya informasi. Maka sejak kecil kita harus membentuk karakter anak kita mempunyai karakter asasi yaitu sebuah karakter yang mampu menjadi benteng terhadap pengaruh buruk di jamannya.
3. Melatih Anak Memanfaatkan Informasi. Menanamkan perilaku produktif pada anak dengan memanfaatkanmya untuk kepentingan positif. Misalnya anak menggunakan internet, kita membekali mereka untuk memanfaatkan kearah positif. Semantara ini kita masih menjadi pengguna (komsumstif) informasi dan tehnologi. Kita hanya mengambil, mengunduh, browsing, mencari berita dan informasi, bahkan menjadi penikmat di akun-akun jejaring sosial lebih banyak mengeluarkan uang. Kita membekali anak agar dalam internet kita lebih banyak menjadi subyek (produktif) dari pada obyek (komsumtif).
Orang tua sering dipusingkan anaknya yang gandrung dengan internet, bahkan menjadi sindrom/ketergantungan. Maka mulailah sekarang, menyiapkan anak agar mampu memanfaatkan tehnologi informasi sebagai suatu yang positif.
4. Menanamkan Muroqobah. Muroqobah adalah bentuk karakter paripurna dimana anak merasa selalu dalam pengawasan Allah SWT. Kalau perasaan ini sudah tertanam dalam diri anak maka dia akan mampu memilih suatu yang baik dan buruk. Karena anak tidak mungkin kita jauhkan dari tehnologi dan informasi. Maka solusi yang paling tepat bukan menjauhkan mereka dari itu tapi lebih banyak membekali mereka. Ini bukan pekerjaan mudah tetapi perlu istiqomah untuk merealisasikannya.
Dengan bekal keimanan yang mantap ditambah bekal ilmu pengetahuan kepada anak-anak kita maka InsyaAllah kita akan mendapati mereka sebagai sebuah generasi yang unggul yang memimpin peradaban di jamannya.
*) Ketua Yayasan Ar Rahmah

INVESTASI ABADI


Oleh : Mukhlas Sofan Haji*)
 

Ketika saya menerima SMS dari mas Budi agar menyumbangkan tulisan di majalah yang sedang di tangan anda -Bina Ukhwah- dengan tema Investasi Masa Depan, pikiran saya melayang ke seorang tokoh yang menjadi rujukan investasi dunia, Robert T Kyosaki. Beliau mengatakan, “kemerdekaan finansial seseorang sangat ditentukan pada ketepatan dan kejeliannya dalam berinvestasi. Sehingga uang bekerja untuk tuannya, bukan dia bekerja untuk mendapatkan uang”. 
Dalam bahasa iman, orang yang kaya adalah orang yang memposisikan hartanya ditangan bukan dihatinya sehingga tidak menghalanginya berinvestasi demi masa depanya (akhirat) unlimited tanpa batas.
Jika kita buka sirah perjalanan hidup Rasulullah saw. bersama sahabat pasti akan kita dapati mutiara hikmah berinvestasi demi masa depan, salah satunya kisah diwaktu subuh usai Rasulullah saw. bersama sahabat shalat berjama’ah. Ketika lantunan doa-doa dan dzikir telah dipanjatkan, Rasulullah bertanya ‘’Siapa yang tidak hadir shalat subuh?’’para sahabat menjawab “Si fulan”. Lalu beliau bertanya, ”Siapa diantara kalian yang shalat malam?”.  
Serempak para sahabat menjawab, “kami semua telah melakukanya”. Sambung beliau, ”Siapa diantara kalian yang mengkhatamkan Al-Qur’an?,‘’ para sahabat mejawab “Kami”, kecuali sedikit diantara mereka.
Pertanyaan Rasulullah masih terus berlanjut sampai hanya beberapa orang yang sanggup mengancungkan tangan. “Siapa diantara kalian yang sebelum tidur keliling kampung untuk mencari saudaranya yang tidak bisa tidur karena kelaparan dan mengantarkan bahan makanan ke orang itu tanpa sepengetahuannya?” para sahabat tertunduk diam, tak seorangpun angkat tangan termasuk  Ali bin Abi Tholib, Usman bin Affan, Umar bin Khatthab kecuali Abu Bakar Ash Shidiq, ’’Saya ya Rasulallah.”
Gigi geraham Umar bin Khaththab gemelutuk keras, hatinya bergemuruh karena dikalahkan oleh Abu Bakar. Dia bersumpah atas nama Allah akan mengalahkan saudara tuanya -Abu Bakar Ash Shidiq- bila ada kesempatan. Ketika kesempatan itu tiba, saat Rasulullah menghimbau kaum muslimin agar berpartisipasi dalam ekspedisi Tabuk, Umar yakin pasti akan bisa mengalahkan Abu Bakar. Jika Usman bin Affan menginfakkan hartanya sepertiga dari seluruh kekayaannya maka Umar bin Khaththab menyerahkan separoh dari seluruh kekayaannya. Ia yakin pasti akan bisa mengungguli Abu Bakar. Untuk memastikannya, Umar tidak beranjak dari sisi Rasulullah menunngu kehadiran Abu Bakar yang akan berinvestasi untuk ekspedisi Tabuk.
“Hai…. Abu Bakar berapa hartamu yang akan engkau persembahkan untuk perjuangan ini?”, tanya Rasulullah. Abu Bakar dengan tulus ikhlas serta rendah hati menjawab, ”Mohon maaf  ya Rasulullah, tidak banyak yang bisa saya infakkan kecuali seluruh harta kekayaan saya”. Suasana menjadi hening semua sahabat yang hadir merasa bangga, malu, iri terhadap kedermawanan Abu Bakar sampai Umar berujar,”Sampai kapanpun aku tak akan pernah bisa mengalahkan Abu Bakar.”
Mengapa mereka sangat antusias merelakan hartanya dijalan Allah? Karena sesungguhnya itulah investasi masa depan yang tak pernah merugi. Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipat-gandakan ganti kepadanya dengan banyak (QS. 2 : 245).
Bagaimana pendapat anda?
*) Direktur Griya Zakat DSUI

Menabung dalam Pandangan Islam


Oleh Moch. Faqih *)


Pada tahun ajaran baru masuk sekolah, pegadaian ramai didatangi orang. Alasan mereka mayoritas seragam, yaitu ingin menggadaikan ba-rang untuk memenuhi kebu-tuhan keuangan mereka terka-it dengan besarnya dana pen-daftaran ataupun daftar ulang anak mereka. Besarnya dana kebutuhan mereka beragam, mulai dari satu juta hingga puluhan juta. Untuk anak yang baru mendaftar tingkat Taman Kanak-kanak (TK) kebutuhan dana mereka sampai dua juta rupiah; Tingkat Sekolah Dasar sampai 4 juta rupiah; dan sete-rusnya sampai tingkat Pergu-ruan Tinggi sampai puluhan ju-ta rupiah. Fenomena memasu-ki tahun ajaran baru ini juga terjadi pada saat menjelang hari raya. Pegadaian adalah pilihan bagi mereka yang mempunyai barang untuk diga-daikan. Bagi yang tidak mempunyai barang untuk diga-daikan semakin repot dengan mencari pinjaman ke sana ke mari. Lebih parah lagi adalah orang-orang yang tidak punya barang dan juga tidak mem-punyai tempat untuk memin-jam uang. Sekan-akan hidup mereka ‘maju-mundur kena’: serba sulit dan seakan-akan kehidupan ini serba pahit.
Bermacam-macam penye-bab mengapa orang kurang atau bahkan tidak siap untuk mengeluarkan dana untuk mendaftarkan atau daftar u-lang anak mereka. Ada yang betul-betul mereka adalah o-rang yang fakir sehingga tidak banyak uang yang dapat mere-ka sisihkan untuk kebutuhan mendaftarkan atau mendaftar-kan ulang anak mereka seko-lah. Ada juga orang yang tidak siap mengeluarkan dana kare-na kesalahan pengelolaan keu-angan keluarga mereka, se-hingga mereka terperosok pada ketidaksiapan dana seko-lah anak-anak mereka. Kesa-lahan pengelolaan keuangan keluarga sehingga mengakibat-kan ketidaksiapan menghadapi pengeluaran keuangan yang bukan kebutuhan sehari-hari ini sebenarnya dapat dihindari sejak dini dengan menabung. Menabung adalah sebuah kon-sep sederhana yang membu-uhkan kedisiplinan untuk menyisihkan sebagian pengha-ilan bagi kebutuhan masa depan: perkawinan, kelahiran anak, sekolah anak, memba-ngun rumah, membangun usaha, membeli kendaraan, berlibur-mudik, membayar zakat, haji dan sebagainya.
Seseorang yang disiplin menabung berarti mempunyai perencanaan keuangan bagi masa depan mereka. Perencanaan keuangan berarti ada harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kehidupan mereka. Seseorang dengan harapan dalam kehidupan adalah bagaikan rencana strategis dalam mencapai tujuan.
Seseorang yang mempunyai tujuan berarti ia hidup dengan sesungguhnya. Hari demi hari dilalui dengan target dan membuat kehidupan lebih bermakna. Dan, sesungguhnya hidup penuh makna akan membuat diri lebih percaya diri dan percaya diri adalah pondasi dari kesuksesan.
Anjuran Menabung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis
Dalam ajaran Islam, konsep menabung ini dapat dicermati dari ayat al-Qur’an dan al-Hadis yang baik secara tersurat maupun tersirat menganjurkan menabung, sebagaimana ayat-ayat dan hadis-hadis berikut:
1. QS. Al Isra' (17) ayat 29: 
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (pelit) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”
Pemahaman bah-wa ayat ini secara tersurat menganjurkan untuk bersikap tidak pelit yang menyebabkan seseorang menjadi tercela karena kepelitannya dan anjuran untuk tidak boros yang menyebabkan seseorang menjadi menyesal karena keborosannya tersebut. Fokus pada tidak boros mempunyai pengertian sederhana sebagai anjuran untuk menyisihkan sebagian harta untuk digunakan bagi keperluan masa depan (menabung).
2. QS. Al Isra' (17) ayat 27:
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Ayat ini menguat-kan ayat di atas, bahwa boros adalah suatu perbuatan yang sangat dilarang dengan menyamakan para pemboros sebagai saudara setan. Mengikuti bisikan setan saja dilarang, apalagi menjadi saudara (sekutu) setan.
3. QS. Al Furqaan (25) ayat 67:
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Ayat ini dapat dipahami mempunyai pengertian yang sama dengan redaksi yang berbeda dengan QS. Al Isra' (17) ayat 29 di atas.
4. Hadits Riwayat Bukhari: “...Rasulullah saw pernah membeli kurma dari Bani Nadhir dan menyimpannya untuk perbekalan setahun buat keluarga...” Hadits ini secara tersurat bahwa Nabi Muhammad saw pernah melakukan menabung.
5. Hadits Riwayat Bukhari: “Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.” Hadits ini menguatkan hadits pada nomor empat di atas dengan secara tegas Nabi Muhammad saw menganjurkan untuk menabung.
Beberapa tempat pilihan tempat menabung antara lain:
1. Perkumpulan terbatas,
adalah kelompok arisan, sekolah, kantor dan lain-lain.
2. Koperasi Syariah, koperasi yang sudah mendapat legalisasi dari pemerintah.
3. Lembaga Perbankan Syariah,
bank-bank yang saat ini dikenal sebagai lembaga intermediasi.
*) Ketua KSUS BMT Tawakkal

Ta’aruf Dengan Tim Kamar



oleh Subi M. Karto Raharjo*)
Dalam Edisi kemarin, kami sajikan  tulisan tentang “Keluarga Kunci Kesuksesan”. Dalam edisi kali ini kami tuliskan langkah-langkah dalam mewujudkan cita-cita itu. KAMAR sebagai lembaga mandiri, hadir untuk memfasilitasi upaya merealisasikannya. Berikut kami muat sekilas sebagai ta’aruf lebih dalam tentang kami.
Kamar yang merupakan kependekan dari Konsultan Munakahat (Pernikahan) Keluarga Ar Rahmah, berdiri tahun 1994. Kamar juga berarti tempat tidur bagi pemilik rumah yang biasanya terdiri dari beberapa buah dari sebuah rumah. Nah ... dalam kajian Asmara ini, penulis ingin berbagi cerita tentang Kamar yang di dalamnya penuh dengan nilai-nilai spiritual, kepragahan, totalitas dan romantisme.
Tentu tidak mungkin satu kali edisi, penulis bisa menyajikan seluruh nilai itu. Karenanya kita ambil sebagian nilai itu bisa jadi lebih menonjol jika dibandingkan dengan nilai lainnya. Atau bisa jadi saling beririsan.
Nilai spiritual dalam konteks munakahat di sini terekspresikan pada spirit religi dalam mengelola program keluarga yang dipersiapkan melalui pernikahan tarbawi. Hal mana calon mempelai berdua diproses (untuk menikah) melalui majlis atau tim munakahat dengan tahapan cukup panjang, berdasarkan syari’at dan insya Allah bebas khalwat.
Adapun tahapan proses Kamar melibatkan banyak unsur dengan peran masing-masing sesuai tahapannya. Sehingga apabila ada kegagalan dalam tahapan tertentu, tidak ada yang sangat dirugikan atau merasa ada yang didholimi. Ada  delapan tahapan yang mesti dilalui oleh setiap calon mempelai yang diperjodohkan oleh Tim Kamar.
1.   Tukar Identitas Diri, data perempuan diberikan kepada calon suami yang menyatakan siap menikah. Kemudian data calon suami yang sudah menerima data calon istri dan menyatakan setuju, diberikan kepada perempuan tersebut.
2.   Calon suami disilahkan melihat perempuan yang datanya diterima, tanpa sepengetahuan si perempuan. Jika tidak cocok, data kembali. Jika sudah cocok akan dilanjutkan ke tahap berikutnya.
3.   Pertemuan delapan mata antara perempuan dan laki-laki masing-masing didampingi oleh mukhrim atau ustadz pendamping atau tim kamar.

(bersambung edisi mendatang...)
*) Dewan Pembina Tim Kamar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More