Bina Ukhuwah

Menjalin Kebersamaan Edisi 3 / 2011

Jumat, 06 Mei 2011

BELAJAR DARI BRIPTU NORMAN


Oleh : Sukatno Abdullah*)

Briptu Norman mendadak menjadi buah bibir masyarakat indonesia dengan munculnya video youtube berjudul video polisi gorontalo menggila. Banyak orang mendukung briptu Norman terkait video polisi gorontalo menggila, karena niatnya murni hanya menghibur. Briptu Norman Kamaru seorang polisi yang menyanyikan lagu Chaiya-chaiya secara lip sync langsung menjadi terkenal, dengan banyak tweeps yang mendukung dirinya agar tidak dihukum oleh atasannya. Dalam waktu singkat namanya menjadi sangat terkenal di dunia maya bahkan di dunia nyata.
Penulis tidak bermaksud ikut latah membahas berita ini, namun hanya terinpirasi membuat sebuah perenungan. Begitu dahsyatnya era informasi sehingga seseorang sangat mudah dikenal dalam waktu yang relative singkat. Informasi membawa manusia melewati batas-batas  ruang dan waktu. Dunia begitu dekat, apa yang terjadi di belahan bumi manapun, kita dapat menge-tahuinya. Kita sering kaget, kejadian di Pacitan justru lebih dahulu diketahui dari Jakarta dan tempat lainnya. Berita sering kita dapatkan lebih cepat lewat televisi padahal bisa jadi kejadian itu dekat rumah kita. Demikian perkembangan informasi telah mendekatkan segalanya ke kita.
Alfin Tofler seorang Futurolog di era awal 80-an menulis sebuah buku “Kejutan Gelombang“ yang membagi peradaban dunia menjadi tiga tingkatan yaitu peradaban pertanian, peradaban industri dan peradaban informasi. Apa yang ditulisnya, saat ini menjadi kenyataan . Dunia tanpa sekat dan batas, kapan saja kita dapat mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia. Peradaban informasi bukan hanya berpengaruh positif yang dapat mendinamisasi dunia atau sekedar menghibur, namun juga banyak dampak negatifnya yang perlu diperhatikan oleh para orang tua.
Collin Cherry mengungkapkan perkembangan teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini dengan istilah explosion. Hal ini disebabkan, Pertama, secara potensial teknologi komunikasi menjangkau seluruh permukaan bumi hanya dalam tempo sekejap. Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas informasi telah berlipat ganda secara geometrik. Untuk dua dekade belakangan ini saja, jumlah kontak komunikasi global yang ada diperkirakan sama banyak dengan komunikasi serupa selama beberapa abad lalu. Ketiga, kompleksitas teknologinya sendiri semakin canggih (sophisticated), baik piranti lunak maupun piranti kerasnya.
Inspirasi dari Briptu Norman adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan perkembangan informasi dan tekhnologi sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat. Kita bisa memanfaatkan informasi menjadi sebuah sarana positif untuk mengembangkan potensi diri. Ternyata dengan potensi yang kita miliki dan momentum yang tepat, berkat informasi menjadi sebuah konsumsi publik yang baik.
Sehingga banyak orang memanfaatkan informasi sebagai sesuatu yang menguntungkan, misalnya untuk bisnis, menginformasikan program bahkan dalam politik hampir pasti yang menguasai informasi adalah sebagai pemenang.
Berikut penulis uraikan beberapa hal penting menyikapi dahsyatnya perkembangan informasi. Sebagai orang tua atau guru bagi generasi di era global,  yang akan hidup di sebuah jaman yang berbeda dengan jaman kita. Kalau kita hanya membekali mereka untuk bisa hidup di jaman sekarang tentu anak-anak kita tidak akan siap menghadapi kehidupannya kelak. Maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Penanaman Keimanan. Sedini mungkin anak-anak kita bekali dengan sebuah landasan ideologi yang kuat berupa keimanan yang mendalam. Internalisasi nilai keimanan pada diri anak kita harus tertanam mendalam di sanubari mereka sehingga dapat menjadi kekuatan yang hebat walaupun badai tantangan global menerpa mereka. Banyak pelajaran dari Al quran yang memberi keteladanan sebagaimana kisah Lukman yang mendidik dan menanamkan aqidah yang kuat kepada anaknya.
2. Pembentukan Karakter Asasi. John Naisbit dan Istrinya Patricia Abdurdene pada awal tahun 90-an menulis buku “ Megatrend 2000” yang intinya hampir sama bahwa akan datang sebuah era yang disebut dengan peradaban informasi. Dia mengatakan secara bersamaan akan bangkit agama-agama. Hal ini karena orang memiliki kesadaran bahwa agama yang sanggup membentengi pengaruh-pengaruh negatif dari berkembangnya informasi. Maka sejak kecil kita harus membentuk karakter anak kita mempunyai karakter asasi yaitu sebuah karakter yang mampu menjadi benteng terhadap pengaruh buruk di jamannya.
3. Melatih Anak Memanfaatkan Informasi. Menanamkan perilaku produktif pada anak dengan memanfaatkanmya untuk kepentingan positif. Misalnya anak menggunakan internet, kita membekali mereka untuk memanfaatkan kearah positif. Semantara ini kita masih menjadi pengguna (komsumstif) informasi dan tehnologi. Kita hanya mengambil, mengunduh, browsing, mencari berita dan informasi, bahkan menjadi penikmat di akun-akun jejaring sosial lebih banyak mengeluarkan uang. Kita membekali anak agar dalam internet kita lebih banyak menjadi subyek (produktif) dari pada obyek (komsumtif).
Orang tua sering dipusingkan anaknya yang gandrung dengan internet, bahkan menjadi sindrom/ketergantungan. Maka mulailah sekarang, menyiapkan anak agar mampu memanfaatkan tehnologi informasi sebagai suatu yang positif.
4. Menanamkan Muroqobah. Muroqobah adalah bentuk karakter paripurna dimana anak merasa selalu dalam pengawasan Allah SWT. Kalau perasaan ini sudah tertanam dalam diri anak maka dia akan mampu memilih suatu yang baik dan buruk. Karena anak tidak mungkin kita jauhkan dari tehnologi dan informasi. Maka solusi yang paling tepat bukan menjauhkan mereka dari itu tapi lebih banyak membekali mereka. Ini bukan pekerjaan mudah tetapi perlu istiqomah untuk merealisasikannya.
Dengan bekal keimanan yang mantap ditambah bekal ilmu pengetahuan kepada anak-anak kita maka InsyaAllah kita akan mendapati mereka sebagai sebuah generasi yang unggul yang memimpin peradaban di jamannya.
*) Ketua Yayasan Ar Rahmah

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More