Ba’da tahmid wa sholawat. Pembaca budiman, kami kembali hadir dihadapan pembaca di edisi ketiga ini dalam tema “Ujian Kehidupan”. Banyak saudara kita yang saat ini sedang menerima ujian dari Allah. Dari bentuk bencana alam yang menguji banyak orang dalam suatu wilayah sampai ujian yang diterima individu-individu dengan berbagai bentuknya. Kami hanya dapat mendo’a, semoga saudara-saudara kita selalu diberikan ketabahan dan keistiqomahan dalam menghadapinya. Surga Allah, insyaallah sebagai ganti.
Tidak lupa, kami sampaikan terima kasih kepada donatur dan pemasang iklan yang turut mendukung penerbitan majalah ini. Insyaallah, mulai edisi 2 kemarin, majalah kita ini dapat diperoleh di TB. John Agency dan FC Tri Manunggal Pacitan, selamat membaca.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS At Taubah : 103)
GRIYA ZAKAT LAZDA DSUI berdiri sejak tahun 2001 dengan nama DSUI (Dompet Sosial Ukhuwah Islamiyah) dengan legalitas Akte No. 24 Tahun 2001 Notaris Ny. Soetarti, S.H. Lembaga ini bergerak di bidang social non profit oriented yang diprakarsai berdirinya oleh Bapak Subiyanto Munir, S.Pd dan Bapak Imam Subakir, S.PdI beserta teman-teman tanpa ada afiliasi dengan apapun dan siapapun. Setelah mengalami perjalanan yang cukup panjang dan berliku pada tanggal 19 September 2003 mendapatkan pengukuhan dari Bupati Pacitan di Pendopo Kabupaten Pacitan dan menjadi LAZDA DSUI Pacitan (Lembaga Amil Zakat Daerah Dompet Sosial Ukhuwah Islamiyah). Lembaga yang bermula beralamatkan di Jl. R.O Iskandardinata no. 13 Pacitan, kemudian pindah di Jl. Samanhudi No. 8.A dan akhirnya sampai dengan saat ini menempati kantor baru di Jl. Yos Sudarso No. 22. A (Depan SDN I Bangunsari Pacitan)
Visi
Menjadi lembaga yang terpercaya, amanah, profesional dan akuntabel dalam pengelolaan Ziswaf umat.
Misi
·Mengoptimalkan tingkat kepercayaan muzakki dan umat Islam pada lembaga
·Meningkatkan kualitas manajemen dan kelembagaan pengelola Ziswaf
·Melayani dan mengangkat para mustahik agar menjadi muzakki
·Mendukung pengembangan dakwah Islam
Tujuan
Menghimpun, mengelola dan menyalurkan Ziswaf secara amanah dan profesional.
Program Reguler
·Penerimaan, pengelolaan dan Pendistribusian
üZakat (Fitrah, Profesi, Maal, Perniagaan, dll)
üInfaq
üShodaqoh
üFidyah
üWakaf
·Penerimaan, pengelolaan dan Pendistribusian Hewan Qurban
·Bhakti Sosial
a.Khitanan Masal
b.Pengobatan Gratis
c.Bantuan Korban Bencana Alam
d.Dan lain-lain
Program Unggulan
·Anak Hafidz Al Qur’an
·Santunan Lansia Dhuafa
·Beasiswa Anak Sekolah Fakir Miskin
·Baitul Aytam (Rumah Anak Yatim)
·Pengembangan Dakwah
·Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pengurus
Direktur : Mukhlas Sofan Haji
Sekretaris : Dian Adi Susana Bendahara : Suwarno, SE
Si Pincang Menuju Surga
““Ya Rasulullah ... demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga...!”” Begitu tutur Amr bin Jamuh, sahabat Nabi saw yang dikaruniai kaki yang pincang. Pernyataan yang ia ucapkan merupakan ekspresi keimanan yang telah merasuk dan menghunjam kuat di lubuk sanubari. Mendengarnya membuat kita dipaksa meraba sejauh mana realisasi keimanan yang telah kita ikrarkan. Kalau si pincang saja ingin merebut surga dengan kepincangannya, tidakkah kita yang dianugerahi tubuh yang sempurna lebih menginginkan meraih surga seperti dia.
Sebagaimana sahabat yang lain, Amr bin Jamuh ingin pula menyerahkan jiwa raganya di jalan Allah. Keinginannya untuk turut ambil bagian di medan jihad ternyata cukup besar, namun seringkali harapannya terhalang oleh kekhawatiran keempat putranya terhadap kondisi cacat kakinya, termasuk di medan Badar. Saat itu keempat putranya memohon kepada Rasulullah saw untuk membujuk sang ayah agar mengurungkan niatnya berperang. Bahkan meminta agar Nabi saw melarangnya ikut dalam barisan jihad.
Rasulullah pun menyampaikan kepada Amr bin Jamuh bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang dengan alasan kecacatan kakinya. Tetapi ia tetap mendesak dan minta diijinkan hingga Rasulullah terpaksa mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah.
Di moment perang Uhud, Amr tak ingin kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya. Ia menemui Nabi saw dan memohon dengan sangat diijinkan turut serta dalam perang Uhud. Karena permintaan yang amat sangat, Nabi saw akhirnya mengijinkannya turut serta. Diliputi rasa puas dan gembira, ia pun menyiapkan perlengkapan perangnya. Kemudian ia memohon kepada Allah swt, “Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku.” Sebuah pengharapan tulus akan cara perjumpaan terindah dengan sang kekasih Ilahi Rabbi.
Perangpun berkecamuk di bukit Uhud. Ditengah hiruk pikuk pertempuran, Amr tampak berjibaku dengan segala keterbatasannya. Ia berjingkat dan sekali lompat pedangnya menyambar satu kepala dari kepala-kepala orang musyrik. Ia memukul ke kiri dan ke kanan dengan tangannya. Tanpa disadari sebuah pukulan pedang berkelebat tepat mengenai tubuhnya, ia pun limbung dan ambruk. Amr akhirnya menyongsong surga dengan kakinya yang pincang dan berjumpa dengan Rabbnya. (AlF)
Editorial
HIDUP = UJIAN
Hidup adalah ujian. Begitulah yang mungkin dapat mewakili semua kejadian yang pernah, sedang dan akan kita hadapi. Ada hikmah besar dibalik ujian yang Allah berikan kepada manusia, sebagaimana tersurat dalam Q.S. Al Mulk : 2, “... menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kami, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. Ujian mengantarkan manusia menjadi mulia, terhormat dan kebahagiaan diakhirnya. Sudah barang tentu bagi yang lulus dalam menghadapinya.
Filosofi GENTING dapat dijadikan sebuah perumpamaan. Semula masih berwujud tanah, dia berada dibawah manusia. Setiap saat ia selalu diinjak-injak bahkan identik dengan sesuatu yang kotor. Akan tetapi setelah menjadi genting, ia berada di atas rumah. Bahkan manusia rela berada dibawahnya dalam upaya terhindar dari panas matahari dan hujan. Sebuah kondisi yang sangat kontradiktif, yang semula di bawah menjadi di atas. Tentu, ini semua bukan tanpa proses. Ujian, tempaan bahkan gemblengan diterima dalam upaya menjadi mulia dan sukses. Ia harus mengalami pergesekan (campuran) untuk menjadi adonan, kemudian pemadatan (cetak) dan dibakar dengan terlebih dahulu mengalami penjemuran.
Metamorfosis dari ulat berbulu menjadi kupu-kupu indah, menjadi contoh lain bagi kita dalam menghadapi kehidupan ini yang penuh dengan ujian. Selama manusia masih hidup, maka ujian kehidupan tidak akan pernah berhenti. Allah akan melihat dan mengetahui diantara hamba-hambaNya, siapa yang beriman dan siapa yang tidak. Semoga kita semua menjadi bagian diantara hambaNya yang berhasil dalam menempuh ujian kehidupan ini. Dengan selalu bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kenikmatan. Amin
Tema Majalah
Edisi 1 : Islam dalam Kehidupan
Edisi 2 : Investasi Masa Depan
Edisi 3 : Ujian Kehidupan