Jumat, 22 Juli 2011
“DAHSYATNYA KECERDASAN EMOSI”
Ketika Tim Pendiri Sekolah Islam Terpadu Ar Rahmah Pacitan sedang berdiskusi merancang model pendidikan alternative sebagai kelanjutan Sekolah Dasar, maka Penulis memberikan masukan agar model sekolah nanti jangan hanya menekankan Kecerdasan Intelektual semata. Selain itu diharapkan mampu membekali anak didik kita kelak menjadi generasi yang kuat menghadapi tantangan dan cobaan hidup di zaman yang berbeda dengan zaman sekarang.
Berdirinya Sekolah tahun ini berarti telah merancang masa depan siswa minimal 10 tahun yang akan datang. Mereka hidup di zaman yang berbeda dengan sekarang, maka sekolah sudah selayaknya membekali mereka dengan kemampuan yang integral.
Keberhasilan hidup manusia ternyata tidak hanya ditentukan oleh kecakapan intelektualitasnya saja tetapi lebih dikuatkan oleh kecerdasan emosinya. Penulis menemukan bahwa keberhasilan hidup hanya 20% ditunjang oleh IQ, selebihnya adalah unsur pendukung lain. Unsur pendukung yang terbesar adalah EQ atau kecerdasan emosi. Peran IQ dalam mengantarkan sukses seseorang hanya menempati urutan kedua sesudah kecerdasan emosi.
Emosi di sini lebih dipandang sebagai sumber energi dan semangat manusia yang paling kuat yang dapat memberikan sumber kebijakan intuitif. Emosi memberi informasi penting dan berpotensi menguntungkan. Bagi seorang pribadi, kecerdasan emosi mampu menyalakan kreativitas, membuat jujur dengan diri sendiri, memberikan panduan nurani bagi hidup dan karir, menuntun ke arah kemungkinan yang tidak terduga. Kecerdasan emosi juga menuntut seseorang untuk belajar mengakui dan menghargai orang lain. Kecerdasan emosi bekerja secara sinergis dengan keterampilan kognitif. Orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan seseorang, makin penting kecerdasan emosi. Kekurangan kecerdasan emosi dapat menyebabkan orang terganggu dalam menggunakan keahlian teknis atau keenceran otak yang mungkin dimilikinya.
Dalam buku ”Emotional Intelligence” terdapat lima unsur kecerdasan emosi. Pertama, kesadaran diri. Kesadaran diri mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu proses pengambilan keputusan, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri. Kedua, pengaturan diri. Pengaturan diri berfungsi menangani emosi sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sasaran, dan mampu segera memulihkan diri dari tekanan emosi.
Ketiga, motivasi. Motivasi berfungsi menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta berguna untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Keempat, empati. Empati berfungsi merasakan yang dirasakan orang lain, memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya, dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
Kelima, keterampilan sosial. Keterampilan sosial berfungsi menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, membaca situasi dan jaringan sosial dengan cermat, melancarkan interaksi, dan menggunakannya untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, bernegosiasi, serta bekerja sama.
Kecerdasan emosi, dengan melihat pandangan di atas, jelas tidak dapat dipungkiri lagi keluarbiasaannya. Dan tentunya hal tersebut akan memunculkan sinergi baru apabila diterapkan dalam budaya pembelajaran. Pengajar yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini, memiliki kecenderungan dapat menumbuhkan iklim yang kondusif dalam pembelajaran di sekolah.
Pembicaraan hal tersebut tidak dapat dilepaskan dengan adanya konsep baru dalam pembelajaran, yaitu apa yang dinamakan dengan quantum learning atau pembelajaran quantum.
Sekolah Islam Terpadu memang dirancang memadukan multi kecerdasan yang diramu dalam pembelajaran yang menarik. Mengkondisikan pemahaman pengelola dan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis multi kecerdasan tentu sangat penting.
Pembaharuan konsep pembelajaran ultra modern tersebut didasarkan atas kondisi masa datang yang membutuhkan kompetensi tersendiri. Kompetensi yang harus ada pada setiap orang paling tidak terdiri atas akhlak yang baik, yang diwujudkan dalam kejujuran, disiplin, dan amanah; kemampuan analisis yang terdiri atas menggali informasi, mengolah informasi, dan mengambil keputusan; serta keterampilan sosial, yang terdiri atas percaya diri, kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama.
Berbagai kompetensi tersebut dapat terwujud apabila model pembelajaran yang terjadi memperhatikan beberapa hal berikut.
Pertama adanya kesadaran para guru untuk menjadi teladan agar siswa mempunyai pemahaman utuh dan nyata dalam tataran praktik. Kedua Peran orang tua, yaitu pemahaman bahwa kecerdasan emosi akan berperan penting bagi masa depan putra-putrinya. Ketiga melatih kecerdasan emosi baik di sekolah, di rumah maupun bermasyarakat.
Maka di Sekolah, sudah selayaknya kita mulai meningkatkan layanan yang memicu kecerdasan emosi anak kita meningkat. Seperti yang telah di praktikkan di SDIT Ar Rahmah yaitu :
1. Pemahaman diri sendiri yaitu mengenali kekurangan dan kelemahan diri untuk dirubah menjadi kekuatan diri. Dengan kegiatan mentoring, MABIT (malam bina iman dan Taqwa), dll.
2. Melatih siswa menyelaraskan diri dengan berbagai karakter manusia. Kegiatannya yaitu menanamkan empati, menerima kekurangan orang lain, menghargai kelebihan dan keunikan teman.
3. Melatih ketahanan diri jika menghadapi persoalan, anak tidak frustasi dan mudah menyerah. Maka muulai semester ini SDIT Ar Rahmah mengangkat tenaga khusus Sarjana Bimbingan dan Konseling yang berperan mengarahkan siswa siap menghadapi cobaan hidup.
4. Buku Penghubung, walaupun perlu dioptimalkan dan terus dipahamkan kepada orang tua supaya rajin mencatat dan menyampaikan perkembangan putra putrinya yang menyangkut perkembangan emosi. Dan seharusnya guru melayani dengan baik, curhat orang tua mencatat dalam buku catatan perkembangan, siswa dipantau untuk diadakan pembimbingan.
0 komentar:
Posting Komentar